Masyarakat Dataran Tinggi Kota Palopo Bersama Wallacea, Kunjungi Daerah Penghasil Holtikultura di Desa Baroko


Laporan: Hajar Alfarisy dari Desa Baroko Kabupaten Enrekang

Gambar
Pengembangan Tanaman Holtikultura di Enrekang

Perkumpulan Wallacea. Perkumpulan Wallacea yang konsen pada pendampingan lingkungan , hak – hak rakyat juga konsen pada upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan melakukan kunjungan bersama masyarakat dataran tinggi Kota Palopo ke Desa Baroko, Kec Baroko Kabupaten Enrekang, Sul  Sel, Derah tersebut adalah daerah penghasil tanaman palawija. Kegiatan tersebut dilakukan selama tiga hari mulai kamis sampai sabtu (27 – 29 Juni 2013 ) , ikut dalam rombongan itu peserta dari Battang Barat, Battang, Kambo, Peta, Latuppa dan Padang Lambe berjumlah 9 orang.

Desa Baroko merupakan daerah pegunungan dengan suhu yang dingin, sangat cocok untuk tanaman Holtikultura, sepertil kubis (kol), bawang prei, tomat dan lain lain. Hasil bertani masyarakat dijual kedaerah daerah di sulawesi – selatan bahkan sampai keluar Provinsi Sul -Sel. Untuk diketahui di Enrekang sudah ada Agromarket sebagai tempat menjual beragam hasil tanam tanaman masyarakat. Selain itu koperasi menopang kebutuhan – kebutuhan warga dalam mengelola tanaman palawija seperti bibit, pestisida dan lain lain.

Dulunya lahan masyarakat adalah daerah bebatuan yang telah digarap sebagai uma ( sawah ) namun dalam perkembangannya lahan tersebut lebih dimanfaatkan sebagai lahan bercocok tanam untuk beragam jenis tanaman sayur – sayuran. Menurut warga baru sekitar sepuluh tahun masyarakat menggeluti hal tersebut, namun telah banyak memberikan keuntungan bagi warga terutama dalam sektor perekonomian. Akses jalan sudah sampai ke lokasi kebun warga.

Saenal Abidin direktur perkumpulan Wallacea menyampaikan dari kunjungan tersebut diharapakan masyarakat dataran tinggi Kota Palopo dapat melihat langsung aktifitas masyarakat buroko dalam memanfaatkan lahan mereka yang bertani holtikultura sehingga ketika kembali mereka memiliki cara pandang baru mengenai cara bercocok tanaman holtikultura. “Paling tidak untuk saat ini, mereka memiliki perspektif baru mengenai bagaimana bertani sayur – sayuran. Memanfaatkan lahan yang ada sebagai sumber ekonomi” Ungkapnya

Dari kunjungan tersebut terungkap bahwa hasil tanaman masyarakat bisa menopang biaya kehidupan sehari – hari mereka bahkan memdatangkan keuntungan lebih secara berkelanjutan, misalnya saja kubis (kol ) menurut Rimpa petani kubis, tanah yang dikelolanya sekitar ¼ Ha dan bisa menghasilkan 7 ton dalam setiap panen. Standar harga minimalnya 3000/kg sehingga dalam satu kali panen bisa sampai 21 juta .

Cara penanamannya dimulai dengan menyemai bibit sampai umur satu bulan setelah itu baru ditanam dilahan kelola masyarakat yang telah dibautkan bedengan. Umur tanaman sampai panen sekitar 70 hari, sehingga satu bulan sebelum panen bibit telah disemaikan agar penghasilan kubis bisa berkelanjutan.Para petani yang berkebun membangun bara’ba ( rumah kebun ) sebagai tempat tinggal mereka. Dalam bertani mereka menggunakan pupuk kandang dan organik. Pemupukan hanya dilakukan sekitar dua kali sampai panen. Untuk hama penyakit dilakukan penyemprotan minimal dua kali.

Selama tiga hari Peserta kunjungan melakukan kunjungan langsung kelahan kelola masyarakat setempat, bertanya mengenai bagaimana proses pembibitan sampai panen. Sebelum kembali peserta kunjungan membeli beberapa bibit tanaman seperti Kubis, tomat , bawang merah dan beberapa jenis tanaman lainnya dikoperasi .

Peserta kunjungan, menilai bahwa daerah mereka lebih subur dibandingkan dari daerah kunjungannya, Derah disini bebatuan tetapi masyarakatnya sangat giat bekerja sehingga mereka berhasil. “Kekurangan kita adalah kita tidak mampu mengelola lahan secara baik dan sungguh – sungguh serta pemerintah yang tidak mampu melihat peluang pengembangan ekonomi kerakyatan di daerah kita” ungkap Daming.

2 Comments

  1. ENAL berkata:

    Mantap kali bah,… sedikit sj infut dari saya,… klu bisa dibuat lagi 1 tulisan khusus kunjungan soal energy Bio Gas,…

    oiya hampir lupa,.. Nama Kampungnya BAROKO bukan BUROKO

    Suka

    1. Thanks atas koreksinya, siap dieksekusi.

      Suka

Komentar ditutup.